Berjabat Tangan Dengan Lawan Jenis

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6Aho0jKle-yAa9miOxYQqw2TUSboyxaCGhBNZcu52pQodB9kHPA17Oyisxf6MUiLMluH_1j3NNaHB00pa5HRPGuX8xFF2r54yv8A16j-qNkD8djOudQm5xuKUsPjm200xMB3ioC2l_VY/s1600/jabat.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6Aho0jKle-yAa9miOxYQqw2TUSboyxaCGhBNZcu52pQodB9kHPA17Oyisxf6MUiLMluH_1j3NNaHB00pa5HRPGuX8xFF2r54yv8A16j-qNkD8djOudQm5xuKUsPjm200xMB3ioC2l_VY/s1600/jabat.jpg" t8="true" /></a></div><br /><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Banyak hal dalam keseharian kita yang mesti dikoreksi. Karena ada di antara kebiasaan yang lazim berlaku di tengah masyarakat kita namun sesungguhnya menyimpang dari syariat. Berjabat tangan dengan lawan jenis adalah contohnya. Praktik ini tersuburkan dengan minimnya keteladanan dari mereka yang selama ini disebut tokoh agama. Idul Fithri belum lama berlalu.</span><br /><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Kegembiraannya masih tertinggal di tengah kita. Saat seorang muslim bertemu dengan saudaranya masih terdengar tahni`ah, ucapan selamat, <em><span style="color: #38761d;"><strong>“Taqabballahu minna wa minkum.”</strong></span></em> </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Tradisi salam-salaman alias berjabat tangan di negeri kita saat hari raya masih terus berlangsung, walaupun sebenarnya untuk saling berjabat tangan dan meminta maaf tidak perlu menunggu hari raya. Kapan kita memiliki kesalahan maka segera meminta maaf, dan kapan kita bertemu dengan saudara kita maka kita mengucapkan salam dan berjabat tangan. </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Berjabat tangan yang dalam bahasa Arab disebut dengan mushafahah memang perkara yang ma’ruf, sebuah kebaikan.</span><br /><div style="text-align: right;"><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu menyampaikan ucapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: </span></div></div><div style="text-align: right;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: large;">إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا لَقِيَ الْمُؤْمِنَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ، وَأَخَذَ بِيَدِهِ فَصَافَحَهُ، تَنَاثَرَتْ خَطَايَاهُمَا كَمَا يَتَنَاثَرُ وَرَقُ الشَّجَرِ </span></div><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="color: #38761d;"><strong><em>“Sesungguhnya seorang mukmin apabila bertemu dengan mukmin yang lain, lalu ia mengucapkan salam dan mengambil tangannya untuk menjabatnya, maka akan berguguran kesalahan-kesalahan keduanya sebagaimana bergugurannya daun-daun pepohonan.”</em></strong></span> </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">(HR. Al-Mundziri dalam At-Targhib 3/270, Al-Haitsami dalam Al-Majma’ 8/36, lihat Ash-Shahihah no. 526) </span><br /><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Amalan yang pertama kali dicontohkan oleh ahlul Yaman (penduduk Yaman) kepada penduduk Madinah ini biasa dilakukan di tengah masyarakat kita. </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Kata shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bernama Al-Bara` bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu: </span><br /><div style="text-align: right;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: large;">مِنْ تَمَامِ التَّحِيَّةِ أَنْ تُصَافِحَ أَخَاكَ</span></div><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="color: #274e13;"><em><strong> “Termasuk kesempurnaan tahiyyah (ucapan salam) adalah engkau menjabat tangan saudaramu.”</strong></em></span> </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">(HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 968, Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Adabil Mufrad menyatakan: Sanadnya shahih secara mauquf) </span><br /><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Berjabat tangan telah jelas kebaikannya. Namun bagaimana kalau laki-laki dan perempuan yang bukan mahram saling berjabat tangan, apakah suatu kebaikan pula? <span style="color: red;"><strong>Tentu saja tidak!!!</strong></span> </span><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEis_J-EqUkzlr4d7FXvcrKbtSQwmqrAvBzGs7TRCIUGx3DL9Bpw_7N8gcnOA4fR2_p5qzPK3fxEq1UDst6A_eETFkS2PGM966wyyE1w6OgvJZLWjuIe624NCliI6INlY_I02cOEpdJet4c/s1600/stop+salaman+bukan+Mahrom.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEis_J-EqUkzlr4d7FXvcrKbtSQwmqrAvBzGs7TRCIUGx3DL9Bpw_7N8gcnOA4fR2_p5qzPK3fxEq1UDst6A_eETFkS2PGM966wyyE1w6OgvJZLWjuIe624NCliI6INlY_I02cOEpdJet4c/s1600/stop+salaman+bukan+Mahrom.JPG" t8="true" /></a></div><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Walaupun menurut perasaan masyarakat kita, tidaklah beradab dan tidak punya tata krama sopan santun, bila seorang wanita diulurkan tangan oleh seorang lelaki dari kalangan karib kerabatnya, lalu ia menolak untuk menjabatnya. Dan mungkin lelaki yang uluran tangannya di-”tampik” itu akan tersinggung berat. Sebutan yang jelek pun akan disematkan pada si wanita. Padahal si wanita yang menolak berjabat tangan tersebut melakukan hal itu karena tahu tentang hukum berjabat tangan dengan laki-laki yang bukan mahramnya. </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Rasul yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai qudwah kita, tak pernah mencontohkan berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahramnya. Bahkan beliau mengharamkan seorang lelaki menyentuh wanita yang tidak halal baginya. </span><br /><div style="text-align: right;"><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Beliau pernah bersabda:</span></div></div><div style="text-align: right;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: large;">لَأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيْدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لاَ تَحِلُّ لَهُ</span> </span></div><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="color: #274e13;"><em><strong>“Kepala salah seorang ditusuk dengan jarum dari besi itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.”</strong></em></span> </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">(HR. Ath-Thabarani dalam Al-Kabir 20/210 dari Ma’qil bin Yasar radhiyallahu ‘anhu, lihat Ash-Shahihah no. 226) </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu berkata, “Dalam hadits ini ada ancaman yang keras bagi lelaki yang menyentuh wanita yang tidak halal baginya. Dan juga merupakan dalil haramnya berjabat tangan dengan para wanita, karena jabat tangan tanpa diragukan masuk dalam pengertian menyentuh. </span><br /><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sungguh kebanyakan kaum muslimin di zaman ini ditimpa musibah dengan kebiasaan berjabat tangan dengan wanita yang dianggap sesuatu yang lazim, bukan suatu kemungkaran :(  </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Di kalangan mereka ada sebagian ahlul ilmi, seandainya mereka mengingkari hal itu hanya di dalam hati saja, niscaya sebagian perkaranya akan menjadi ringan, namun ternyata mereka menganggap halal berjabat tangan tersebut dengan beragam jalan dan takwil. Telah sampai berita kepada kami ada seorang tokoh besar di Al-Azhar berjabat tangan dengan para wanita dan disaksikan oleh sebagian mereka. Hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kita sampaikan pengaduan dengan asingnya ajaran Islam ini di tengah pemeluknya sendiri. </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Bahkan sebagian organisasi-organisasi Islam berpendapat bolehnya jabat tangan tersebut. Mereka berargumen dengan apa yang tidak pantas dijadikan dalil, dengan berpaling dari hadits ini dan hadits-hadits lain yang secara jelas menunjukkan tidak disyariatkan jabat tangan dengan kaum wanita non-mahram.” (Ash-Shahihah, 1/448-449) Dalam membaiat para shahabiyyah sekalipun, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menjabat tangan mereka. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha istri beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan: </span><br /><div style="text-align: right;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: large;">أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَمْتَحِنُ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِ مِنَ الْمُؤْمِنَاتِ بِهَذِهِ اْلآيَةِ بِقَوْلِ اللهِ تَعَالَى {ياَ أيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا جَاءَكَ الْمُؤْمِنَاتُ يُبَايِعْنَكَ} إِلَى قَوْلِهِ {غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ} قَالَ عُرْوَةُ: قَالَتْ عَائِشَةُ: فَمَنْ أَقَرَّ بِهَذَا الشَّرْطِ مِنَ الْمُؤْمِنَاتِ، قَالَ لَهَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قَدْ باَيَعْتُكِ؛ كَلاَمًا، وَلاَ وَاللهِ مَا مَسَّتْ يَدُهُ يَدَ امْرَأَةٍ قَطُّ فِي الْمُبَايَعَةِ، مَا يبُاَيِعُهُنَّ إِلاَّ بِقَوْلِهِ: قَدْ باَيَعْتُكِ عَلَى ذَلِكَ </span></div><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"></span><span style="color: #274e13; font-family: Verdana, sans-serif;"><strong><em>Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menguji kaum mukminat yang berhijrah kepada beliau dengan firman Allah ta’ala: “Wahai Nabi, apabila datang kepadamu wanita-wanita yang beriman untuk membaiatmu….” </em></strong></span><span style="color: #274e13; font-family: Verdana, sans-serif;"><strong><em>Sampai pada firman-Nya:</em></strong></span> <br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><strong><em><span style="color: #274e13;">“Allah Maha Pengampun lagi Penyayang.” </span></em></strong></span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><strong><em><span style="color: #274e13;">Urwah berkata, “Aisyah mengatakan: ‘Siapa di antara wanita-wanita yang beriman itu mau menetapkan syarat yang disebutkan dalam ayat tersebut’.</span></em></strong></span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><strong><em><span style="color: #274e13;">” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata kepadanya, “Sungguh aku telah membaiatmu”, beliau nyatakan dengan ucapan (tanpa jabat tangan).</span></em></strong></span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><strong><em><span style="color: #274e13;">” ‘Aisyah berkata, “Tidak, demi Allah! Tangan beliau tidak pernah sama sekali menyentuh tangan seorang wanita pun dalam pembaiatan. Tidaklah beliau membaiat mereka kecuali hanya dengan ucapan, “Sungguh aku telah membaiatmu atas hal tersebut.”</span></em></strong> </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">(HR. Al-Bukhari no. 4891 dan Muslim no. 4811)</span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullahu berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaiat mereka hanya dengan mengucapkan “Sungguh aku telah membaiatmu”, tanpa beliau menjabat tangan wanita tersebut sebagaimana kebiasaan yang berlangsung pada pembaiatan kaum lelaki dengan menjabat tangan mereka.” </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">(Fathul Bari, 8/811)</span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu menyatakan bahwa hadits ini menunjukkan tidak bolehnya menyentuh kulit wanita ajnabiyyah (non mahram) tanpa keperluan darurat, seperti karena pengobatan dan hal lainnya bila memang tidak didapatkan dokter wanita yang bisa menanganinya. Karena keadaan darurat, seorang wanita boleh berobat kepada dokter laki-laki ajnabi (bukan mahram si wanita). </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">(Al-Minhaj, 13/14) </span><br /><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Umaimah bintu Ruqaiqah berkata: “Aku bersama rombongan para wanita mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk membaiat beliau dalam Islam. Kami berkata, “Wahai Rasulullah, kami membaiatmu bahwa kami tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun, tidak akan mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak kami, tidak melakukan perbuatan buhtan yang kami ada-adakan di antara tangan dan kaki kami, serta kami tidak akan bermaksiat kepadamu dalam perkara kebaikan.</span><br /><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesuai yang kalian mampu dan sanggupi.” Umaimah berkata, “Kami berucap, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih sayang kepada kami daripada sayangnya kami kepada diri-diri kami. Marilah, kami akan membaiatmu6 wahai Rasulullah!’.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata:</span><br /><div style="text-align: right;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: large;"> إِنِّي لاَ أُصَافِحُ النِّسَاءَ، إِنَّمَا قَوْلِي لِمِائَةِ امْرَأَةٍ كَقَوْلِي لِامْرَأَةٍ وَاحِدَةٍ </span></div><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><strong><em><span style="color: #274e13;">“Sesungguhnya aku tidak mau berjabat tangan dengan kaum wanita. Hanyalah ucapanku kepada seratus wanita seperti ucapanku kepada seorang wanita.”</span></em></strong> </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">(HR. Malik 2/982/2, An-Nasa`i dalam ‘Isyratun Nisa` dari As-Sunan Al-Kubra 2/93/2, At-Tirmidzi, dll. Lihat Ash-Shahihah no. 529)</span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dari hadits-hadits yang telah disebutkan di atas, jelaslah larangan berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram. Karena seorang lelaki haram hukumnya menyentuh atau bersentuhan dengan wanita yang tidak halal baginya. </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Al-Imam Asy-Syinqinthi rahimahullahu berkata, “Tidaklah diragukan bahwa sentuhan tubuh dengan tubuh lebih kuat dalam membangkitkan hasrat laki-laki terhadap wanita, dan merupakan pendorong yang paling kuat kepada fitnah daripada sekedar memandang dengan mata.7 Dan setiap orang yang adil/mau berlaku jujur akan mengetahui kebenaran hal itu.” </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">(Adhwa`ul Bayan, 6/603) </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sebagian orang bila ingin berjabat tangan dengan wanita ajnabiyyah atau seorang wanita ingin berjabat tangan dengan lelaki ajnabi, ia meletakkan penghalang di atas tangannya berupa kain, kaos tangan dan semisalnya. Seolah maksud dari larangan jabat tangan dengan ajnabi hanyalah bila kulit bertemu dengan kulit, adapun bila ada penghalang tidaklah terlarang. Anggapan seperti ini jelas batilnya, karena dalil yang ada mencakupinya dan sebab pelarangan jabat tangan dengan ajnabi tetap didapatkan meski berjabat tangan memakai penghalang. </span><br /><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu berkata, “Tidak boleh berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram, baik si wanita masih muda ataupun sudah tua. Dan sama saja baik yang menjabatnya itu anak muda atau kakek tua, karena adanya bahaya fitnah (ujian/cobaan) yang bisa didapatkan oleh masing-masingnya.” </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Asy-Syaikh juga berkata, “Tidak ada bedanya baik jabat tangan itu dilakukan dengan ataupun tanpa penghalang, karena keumuman dalil yang ada. Juga dalam rangka menutup celah-celah yang mengantarkan kepada fitnah (ujian/cobaan).</span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">” Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu mengatakan, “Segala sesuatu yang menyebabkan fitnah (godaan) di antara laki-laki dan perempuan hukumnya haram, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam</span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">: </span><br /><div style="text-align: right;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: large;">مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ </span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><strong><em><span style="color: #0c343d;">Tidaklah aku tinggalkan setelahku fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada fitnah wanita.”</span></em></strong> </span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Tidaklah diragukan bahwa bersentuhannya kulit laki-laki dengan kulit perempuan akan menimbulkan fitnah. Kalaupun ada yang tidak terfitnah maka itu jarang sekali, sementara sesuatu yang jarang terjadinya tidak ada hukumnya sebagaimana dinyatakan oleh ahlul ilmi. </span></div><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sungguh ahlul ilmi telah menulis permasalahan ini dan mereka menerangkan tidak halalnya laki-laki berjabat tangan dengan wanita ajnabiyah. Inilah kebenaran dalam masalah ini. Berjabat tangan dengan non mahram adalah perkara yang terlarang, baik dengan pengalas atau tanpa pengalas.</span> <br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">” Beliau juga mengatakan, “Secara umum, tergeraknya syahwat disebabkan sentuhan kulit dengan kulit lebih kuat daripada sekedar melihat dengan pandangan mata/tidak menyentuh. Bila seorang lelaki tidak dibolehkan memandang telapak tangan wanita yang bukan mahramnya, lalu bagaimana dibolehkan ia menggenggam telapak tangan tersebut?” (Fatawa Al-Mar`ah Al-Muslimah, 2/541-543) </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><br /><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Demikian masalah hukum berjabat tangan antara lelaki dan wanita yang bukan mahram. </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab. </span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span><br /><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">.</span></div><br /><div style="text-align: left;"><br /></div><br /><div style="text-align: right;"><br /></div>

Blajar Islam Berjabat Tangan Dengan Lawan Jenis

Banyak hal dalam keseharian kita yang mesti dikoreksi. Karena ada di antara kebiasaan yang lazim berlaku di tengah masyarakat kita namun ses...

Read more »

PENERIMA ZAKAT

<div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;"><span style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif;">Penerima zakat ialah delapan golongan yang disebutkan Allah Azza wa Jalla di kitab-Nya. Allah Ta’ala berfirman.</span></div><div style="line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeJUeSg9DahQkyEw99X_dDBZKB6xKYcl41LcAC6k_uzyQv_ipc1JzhFS7KUFtBHkxnq7CKwrwwivu_ka4PBLYujfQtCtdBfTbqjKkPxx9sqQetp69mVvzOrl5cDJarP1yv2i-Fg7Zgi3Q/s1600/167168_136629926401583_100001637305168_226511_3005971_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="223px" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeJUeSg9DahQkyEw99X_dDBZKB6xKYcl41LcAC6k_uzyQv_ipc1JzhFS7KUFtBHkxnq7CKwrwwivu_ka4PBLYujfQtCtdBfTbqjKkPxx9sqQetp69mVvzOrl5cDJarP1yv2i-Fg7Zgi3Q/s320/167168_136629926401583_100001637305168_226511_3005971_n.jpg" t8="true" width="320px" /></a></div><div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;"><strong><i><span style="color: #00b050; font-family: Verdana, sans-serif;">“Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya,</span></i></strong><b><i><span style="color: #00b050;"><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><strong>untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang</strong><br /><strong>diwajibkan Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana”</strong></span></span></i></b><strong><span style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif;"> [At-Taubah : 60]</span></strong><strong></strong></div></div><div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none; line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div><div style="line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;"><span style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif;">Penjelasan tentang kedelapan penerima tersebut adalah sebagai berikut.                                                       </span></div></div><div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none; line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div><div style="line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="color: #00b050;"><span style="color: black;"><strong>[1] Orang-orang Fakir.</strong></span></span><span style="color: #333333;">Orang fakir ialah orang yang tidak mempunyai harta untuk memenuhi kebutuhannya dan kebutuhan orang-orang yang ia tanggung. Kebutuhan itu berupa makanan, atau minuman, atau pakaian, atau tempat tinggal, kendati ia mempunyai harta se-nishab.</span></span></div></div><div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none; line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div><div style="line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;"><span style="color: black; font-family: Verdana, sans-serif;"><strong>[2] Orang Miskin.</strong></span><span style="color: #333333;"><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Bisa jadi orang miskin itu kefakirannya lebih ringan, atau lebih berat daripada orang fakir. Hanya saja hukum keduanya adalah satu dalam segala hal. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendefinisikan orang miskin dalam hadits-haditsnya, misalnya beliau bersabda.</span></span></div></div><div style="line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;"><span style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif;">“Artinya : Orang miskin bukanlah orang yang berkeliling kepada manusia dan bisa disuruh pulang oleh sesuap makanan, atau dua suap makanan, atau satu kurma,<br />atau dua kurma. Namun orang miskin ialah orang yang tidak mempunyai kekayaan yang membuatnya kaya, tidak diketahui kemudian perlu diberi sedekah, dan tidak<br />meminta-minta manusia” [Diriwayatkan Bukhari]</span></div></div><div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none; line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div><div style="line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;"><span style="color: black; font-family: Verdana, sans-serif;"><strong>[3] Pengurus Zakat.</strong></span><span style="color: #333333;"><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Yaitu pemungut zakat, atau orang-orang yang mengumpulkannya, atau orang yang menakarnya, atau penulisnya di dokumen. Petugas Zakat diberi upah dari zakat kendati orang kaya, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.</span></span></div></div><div style="line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;"><span style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif;">“Artinya : Sedekah (zakat) tidak halal bagi orang kaya kecuali bagi lima orang petugasnya, orang yang membeli zakat dengan hartanya, orang yang berhutang, pejuang di jalan Allah atau orang miskin yang bersedekah dengannya kemudian menghadiahkannya kepada orang kaya” [Diriwayatkan Ahmad]</span></div></div><div style="line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div><div style="line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><span style="color: black; font-family: Verdana, sans-serif;"><strong>[4] Orang-orang yang dibujuk hatinya.</strong></span><span style="color: #333333;"><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Yaitu orang-orang yang lemah ke-Islamannya dan orang yang berpengaruh di kaummnya. Ia diberi zakat untuk membujuk hatinya dan mengarahkannya kepada Islam dengan harapan ia bermanfaat bagi orang banyak atau kejahatannya terhenti. Zakat juga boleh diberikan kepada orang kafir yang diharapkan bisa<br />beriman atau kaumnya bisa beriman. Ia diberi zakat untuk mengajak mereka kepada Islam dan membuat mereka cinta Islam.</span></span></div><div style="line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;"><span style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif;">Jatah ini bisa diperluas distribusinya kepada semua pihak yang dapat mewujudkan kemaslahatan bagi Islam dan kaum Muslimin, misalnya para wartawan atau penulis.</span></div></div><div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none; line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div><div style="line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;"><span style="color: black; font-family: Verdana, sans-serif;"><strong>[5] Memerdekakan Budak.</strong></span><span style="color: #333333;"><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Yang dimaksud dengan point ini ialah bahwa seorang Muslim mempunyai budak, kemudian dibeli dari uang zakat dan dimerdekakan di jalan Allah. Atau ia mempunyai budak mukatib (budak yang membebaskan dirinya dengan membayar sejumlah uang kepada pemiliknya), kemudian ia diberi uang zakat yang bisa<br />menutup kebutuhan pembayaran dirinya, hingga ia bisa menjadi orang merdeka.</span></span></div></div><div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none; line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div><div style="line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;"><span style="color: black; font-family: Verdana, sans-serif;"><strong>[6] Orang-orang yang Berhutang</strong></span><span style="color: #333333;"><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Yaitu orang-orang yang berhutang tidak di jalan kemaksiatan kepada Allah, Rasul-Nya, dan mendapatkan kesulitan untuk membayarnya. Ia diberi zakat untuk melunasi hutangnya, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.</span></span></div></div><div style="line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;"><span style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif;">“Artinya : Meminta-minta tidak diperbolehkan kecuali bagi tiga orang : Orang yang sangat Miskin, atau orang yang berhutang banyak, atau orang yang menanggung diyat (ganti rugi karena luka, atau pembunuhan)” [Diriwayatkan At-Timridzi dan ia meng-hasan-kannya]</span></div></div><div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none; line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div><div style="line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;"><span style="color: black; font-family: Verdana, sans-serif;"><strong>[7] Di jalan Allah à fi sabilillah</strong></span><span style="color: #333333;"><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><b>Yaitu amal perbuatan yang mengantarkan kepada keridhaan Allah Ta’ala dan Surga-Nya, terutama jihad untuk meninggikan kalimat-Nya. </b>Jadi penjuang di jalan Allah Ta’ala diberi zakat kendati dia orang kaya. Jatah ini berlaku umum bagi seluruh kemaslahatan-kemaslahatan umum agama, misalnya pembangunan rumah-rumah sakit, pembangunan sekolah-sekolah, dan pembangunan panti asuhan anak-anak yatim. Tapi yang harus didahulukan ialah yang terkait dengan jihad, misalnya penyiapan senjata, perbekalan, pasukan, dan seluruh kebutuhan jihad di jalan Allah Ta’ala.</span></span></div></div><div style="line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div><div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none; line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><span style="color: black; font-family: Verdana, sans-serif;"><strong>[8] Ibnu Sabil.</strong></span><span style="color: #333333;"><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Yaitu musafir yang terputus dari negerinya yang jauh. Ia diberi zakat yang bisa menutupi kebutuhannya di tengah-tengah keterasingannya kendati ia kaya di negerinya. Ia diberi zakat karena ia terancam miskin di perjalanannya dan ini dengan syarat tidak ada orang yang meminjaminya uang yang bisa memenuhi<br />kebutuhannya. Jika ia memungkinkan bisa pinjam uang kepada seseorang, ia wajib meminjamnya dan tidak berhak diberi zakat selagi ia kaya di negerinya.</span></span></div><div style="line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;"><span style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif;">Kemudian, saya ringkaskan Catatan tambahan dari Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi.</span></div></div><div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none; line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div><div style="line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZmD9M6Vf99nywnguzpbCm3ImDiqkPhl59QPK5uP1iwgg49-blBHh2bqlPCAfQZf0Eg2KtoVJwqJeHY004DQJUEay1kR6pYQW1OvUkwlJkLREJ7j2A9bYr-Qq6QaI1vnYSA5RaF_J8ILM/s1600/189476_205513569459488_204976596179852_813351_3008474_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="220px" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZmD9M6Vf99nywnguzpbCm3ImDiqkPhl59QPK5uP1iwgg49-blBHh2bqlPCAfQZf0Eg2KtoVJwqJeHY004DQJUEay1kR6pYQW1OvUkwlJkLREJ7j2A9bYr-Qq6QaI1vnYSA5RaF_J8ILM/s320/189476_205513569459488_204976596179852_813351_3008474_n.jpg" t8="true" width="320px" /></a></div><div style="border-bottom: medium none; border-left: medium none; border-right: medium none; border-top: medium none;"><span style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif;">Catatan.<br />[1]. Jika seorang muslim menyerahkan zakat hartanya kepada kelompok manapun di antara kedelapan kelompok di atas, maka sah. Hanya saja, ia harus memberikannya kepada pihak yang paling membutuhkan dan paling besar kebutuhannya. Jika zakatnya berupa uang yang banyak, kemudian ia membagi-bagikannya kepada masing-masing kedelapan kelompok tersebut, maka itu baik sekali.</span></div></div><div style="line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div><div style="line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><span style="color: #333333;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">[2]. <b>Orang muslim tidak boleh memberikan zakatnya kepada orang yang wajib ia nafkahi, misalnya kedua orang tuanya, atau anak-anaknya, dan seterusnya, serta isteri-isterinya, karena ia berkewajiban menafkahi mereka.</b></span></span></div><div style="line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div><div style="line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><span style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif;">[5]. Zakat tidak boleh diberikan kepada orang kafir, atau orang fasik seperti orang yang meninggalkan shalat, orang yang melecehkan syariat Islam, dan lain sebagainya, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Artinya : Zakat diambil dari orang-orang kaya mereka, dan dikembalikan kepada<br />orang-orang fakir mereka”.</span></div><div style="line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><span style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif;">Maksudnya ialah zakat diambil dari orang-orang kaya kaum Muslimin dan dikembalikan kepada orang-orang fakir kaum Muslimin. Zakat juga tidak boleh diberikan kepada orang kaya dan orang kuat yang bisa kerja, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Artinya : Orang kaya tidak mempunyai bagian terhadap zakat dan juga orang kuat yang bisa kerja” [Diriwayatkan Ahmad]<br />Maksudnya orang yang bisa kerja sesuai dengan kadar kecukupannya.</span></div><div style="line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div><div style="line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><span style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif;">[6]. Zakat tidak boleh dipindahkan dari satu negeri ke negeri lain yang jauhnya sejauh perjalanan yang dibenarkan melakukan shalat qashar, atau lebih, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.”Artinya : Zakat itu dikembalikan kepada orang-orang fakir mereka” Para ulama<br />mengecualikan jika disuatu negeri tidak ada orang-orang fakir atau suatu negeri mempunyai kebutuhan yang sangat besar, maka zakat boleh di pindah ke negeri yang di dalamnya terdapat orang-orang fakir. Tugas ini dilaksanakan imam (pemimpin) atau wakilnya.</span></div><div style="line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div><div style="line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><span style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif;">[8] Zakat tidak sah kecuali dengan meniatkannya. Jika seseorang membayar zakat tanpa meniatkannya, maka tidak sah, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.”Artinya : Sesungguhnya semua amal perbuatan itu harus dengan niat, dan setiap orang itu sesuai dengan niatnya”.</span></div><div style="line-height: 13.5pt; margin: 0in;"><span style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif;">Jadi orang yang membayar zakat harus meniatkan zakat sebagai kewajiban dari hartanya dan memaksudkannya kepada keridhaan Allah, sebab ikhlas adalah syarat diterimanya semua ibadah, dan karena Allah Ta’ala berfirman.”Artinya : Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus” [Al-Bayyinah : 5]</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Semoga ALLAH , menjadikan kita orang yang senang berbuat baik dan istiqomah dalam membela agama NYA,</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Wallahu a’lam</span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Barakallahu fiikum,</span></div>

Blajar Islam PENERIMA ZAKAT

Penerima zakat ialah delapan golongan yang disebutkan Allah Azza wa Jalla di kitab-Nya. Allah Ta’ala berfirman. “Artinya : Sesungguhnya zaka...

Read more »