0
Sisi Hidup, Papua - Perayaan Iedul Fitri tahun ini diwarnai oleh penyerangan terhadap umat muslim Papua yang tengah menjalani Sholat i'ed di Tolikara Papua. Insiden yang mencoreng kerukunan umat beragama di Nusantara ini memakan belasan korban luka-luka dan kerugian materi berupa Mushola dan belasan kios yang hangus terbakar.

Kerusuhan tersebut terjadi sekitar pukul 07.00 WIT saat umat muslim melaksanakan salat Idul Fitri. Sekelompok orang menyerang dan membakar 70 kios atau warung kecil yang ada di sekitar lokasi.

Insiden itu terjadi dimulai dari selebaran yang dikeluarkan oleh Gereja Injil Di Indonesia (GIDI) yang melarang umat muslim untuk melakukan sholat ied dan melarang wanita menggunakan muslimah mengenakan jilbab saat berlangsungnya kegiatan Seminar dan KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani) Pemuda tingkat internasional pada 13 - 19 Juli 2015.

Insiden Tolikara - Papua
Insiden Tolikara - Papua

Kegiatan yang baru pertama kali diselenggarakan itu memaksa umat muslim untuk tidak melakukan sholat i'ed secara terbuka dan tidak menggunakan pengeras suara. Pilihan lainnya adalah mereka (umat muslim) boleh menyelenggarakan sholat i'ed tetapi di luar kota Tolikara.

Selain itu, GIDI juga melarang gereja Denominasi lain mendirikan tempat-tempat ibadah di wilayah Kabupaten Tolikara termasuk diantaranya gereja adven di distrik Paido. Surat tersebut ditandatangani Ketua Wilayah GDI Tolikara Nayus dan Sekretarisnya Marthen.

Adanya surat edaran tersebut dibenarkan oleh Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Papua Kombes Pol Patrige. "Mereka (GIDI) ada kegiatan bertaraf internasional. Tapi tetap dilakukan salat (Idul Fitri)," terang Patrige.

Insiden yang disertai pembakaran musala di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua, memakan korban. Setidaknya ada tiga orang yang tertembak dan delapan orang mengalami luka-luka. Ketiga korban tembak sudah dievakuasi ke Jayapura. Namun, pihak kepolisian mengaku tidak mengetahui identitas ketiga korban karena langsung diamankan oleh anggota kelompoknya.

"Selain itu tercatat delapan orang mengalami luka-luka," kata Kapolres Tolikara AKBP Suroso.

"Polisi juga belum bisa mengamankan para pelaku pembakaran karena situasi yang belum memungkinkan," tambah Suroso.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Papua Kombes Pol Patrige menduga pembakaran musala itu memang terkait dengan kegiatan GIDI. Sebab sebelum Idul Fitri GIDI sempat mengedarkan imbauan agar masyarakat beragama Islam tidak menggelar salat Idul Fitri secara terbuka karena bertepatan dengan kegiatan GIDI.

"Mereka (GIDI) ada kegiatan bertaraf internasional. Tapi tetap dilakukan salat (Idul Fitri)," terang Patrige.

"Luka-luka 11 orang, tiga diantaranya luka tembak. Selebihnya tidak tahu, kena seng atau apa," tuturnya.

Insiden bentrokan di Tolikara berakhir dengan terbakarnya musala. "Setelah Pangdam didampingi Kapolda Papua melihat di lapangan, terungkap bahwa pembakaran yang terjadi dilakukan terhadap kios terlebih dahulu kemudian merambat ke musala," kata Letkol Inf Teguh PR di Jayapura, Papua.

Diberitakan sebelumnya, Kapolda Papua Irjen Pol Yotje Mende dan Pangdam XVII/Cenderawasih menggelar rapat mediasi di kediaman Bupati Tolikara, di Karubaga yang dihadiri oleh Waka Polda Wabup dan Kapolres Tolikara serta Presiden GIDI. Sejumlah tokoh masyarakat, adat, pemuda dan masyarakat yang menjadi korban kebakaran turut hadir dalam rapat tersebut.

"Pada pengarahan itu Kapolda Papua menjamin bahwa masalah ini akan diselesaikan dengan baik, siapa yang bersalah akan diberikan sanksi termasuk apabila ada anggota Polri yang bersalah dalam menangani masalah ini," katanya.

Teguh juga menuturkan, TNI, Polisi, jemaah muslim, dan jemaat GIDI secara gotong royong akan membangun kembali musala, kios dan rumah yang terbakar.

"Kodam juga akan kumpulkan pakaian pantas pakai dan bahan makanan dan akan diangkut dengan helikopter," katanya.

Post a Comment

 
Top