0
Ayah Diana Kim jadi gelandangan
Ayah Diana Kim jadi gelandangan
Sisi Hidup, Hawai - Diana Kim, perempuan fotografer terkenal di Hawaii, Amerika Serikat, tak menyangka hobi sekaligus pekerjaannya tersebut bakal menyatukan kembali dirinya dengan sang ayah yang telah lama hilang meninggalkannya.

Kisah mengharukan ini dimulai ketika kedua orangtuanya bercerai, tak lama setelah menjadi imigran Korea Selatan di Amerika Serikat.

 Kim sendiri masih bocah ingusan ketika perpisahan ibu dan ayahnya itu tak lagi terelakkan.

Kim lantas tinggal bersama saudara-saudaranya sudah dewasa seusai perceraian kedua orangtuanya. Sejak peristiwa yang menyakitkan tersebut, Kim kehilangan kontak dengan sang ayah.

Kehidupan Kim terus berlanjut. Ketika menjadi mahasiswa, tahun 2000, ia menggeluti dunia fotografi.

Dirinya suka mengabadikan kehidupan kaum paria atau gelandangan di Hawaii memakai lensa kameranya.

"Saya suka memotret gelandangan, karena saya memahami kehidupan mereka. Sama seperti saya, mereka orang yang selalu tersisih serta ditinggalkan," tutur Kim seperti dilansir Elitereaders, Selasa (18/8/2015).

Lama kelamaan, Kim lantas memutuskan menjadi fotografer profesional sembari meneruskan hobinya memotret kaum gelandangan.

Tidak main-main, meski disibukkan oleh sesi pemotretan yang "mewah", Kim masih telaten memotret kehidupan gelandangan selama 10 tahun. Tepatnya sejak tahun 2000 sampai 2012.

Setelahnya, saat Kim tengah menikmati hasil "jepretannya", ia tersontak karena seperti mengenali seorang gelandangan yang dipotretnya.

Kim yakin, seorang dari sekian banyak gelandangan yang ia potret adalah ayah kandungnya.

Dalam fotonya, pria itu terlihat kotor. Rambutnya kusut, menggunakan pakaian compang-camping, dan sangat tipis.

Diana Kim bersama ayahnya saat masih kecil
Diana Kim bersama ayahnya saat masih kecil
Penasaran, Kim lantas mendatangi lokasi tempat gelandangan yang diduga ayahnya itu untuk memastikan.

Ketika kembali bertemu muka, Kim bisa memastikan gelandangan itu adalah ayahnya yang bertahun-tahun menghilang.

Namun, Kim harus menelan kembali hasratnya untuk berbicara banyak hal dengan sang ayah, demi membayar lunas utang kerinduan.

Sebab, sang ayah sama sekali tidak mengenali Kim. Pria yang melahirkannya itu menderita penyakit kejiwaan skizofrenia, gangguan mental yang ditandai dengan gangguan proses berpikir dan tanggapan emosi yang lemah.

Kim tak mau menyerah dan kehilangan jejak sang ayah untuk kedua kali. Ia sabar setiap hari ke sudut kota untuk menemui sang ayah.

"Ayah menolak tinggal bersama saya. Ia juga tidak mau minum obat, makan, mandi, atau memakai salah satu baju yang saya bawakan. Tapi saya tak putus asa," tukasnya.

Suatu ketika, pria itu terserang penyakit jantung dan ditemukan terbaring di trotoar oleh seseorang.

Ia segera dibawa ke rumah sakit dan mendapatkan perawatan hingga kembali sehat.

Sejak saat itulah, sang ayah bisa berkomunikasi secara baik dengan Kim.

Bahkan, sang ayah kekinian mulai mencari pekerjaan, menghabiskan waktu dengan teman-teman, serta berencana untuk mengunjungi keluarganya di Korea Selatan, seperti yang dikatakan Kim.

"Mengabadikan sebuah momen melalui lensa juga berarti mengabadikan perasaan saya juga. Tanpa kamera, mungkin saya akan merasa terlalu takut untuk mendekati ayah. Saya tidak mungkin bisa merasakan pengalaman yang sama jika saya tidak mempunyai tujuan untuk mendokumentasikan perjalanannya."

"Tujuan saya, sebelum bertemu ayah saya, adalah untuk memanusiakan mereka yang hidup di jalanan. Masing-masing dari mereka memiliki cerita, dan saya berharap dengan berbagi cerita akan memberikan sebuah perspektif yang baru," tutupnya.

Post a Comment

 
Top